Kamis, 07 Januari 2010

AUTISME

Kata autis berasal dari bahasa Yunani “auto” yang berarti sendiri karena kalau kita perhatikan maka kita akan mendapat kesan bahwa penyandang autisme itu seolah-olah hidup di dunianya sendiri.Pemakaian istilah autis diperkenalkan pertama kali oleh Leo Kanner, seorang psikiater dari Harvard (Kanner, Austistic Disturbance of Affective Contact) pada tahun 1943 walaupun sebenarnya dari berbagai bukti yang ada diketahui bahwa kelainan ini sudah ada sejak jauh sebelum itu namun hanya istilahnya saja yang relatif msh baru. Autisme Masa Kanak adalah gangguan perkembangan pada anak yang gejalanya sudah tampak sebelum anak tersebut mencapai umur 3 tahun
Jumlah anak yang menderita autis semakin meningkat di berbagai belahan dunia dan dapat terjadi pada semua kelompok masyarakat baik kaya atau miskin, di desa atau dikota, berpendidikan maupun tidak serta pada semua kelompok etnis dan budaya di dunia. Penyebab autis sampai saat ini masih belum diketahui secara pasti, ada banyak faktor penyebab (multi faktor) mengapa seorang anak menderita autis. Para ahli menyimpulkan penyebab autis berdasarkan dasar keilmuannya masing2 namun secara garis besar kita bagi menjadi dua faktor yaitu genetik dan lingkungan walaupun faktor genetik itu sendiri masih diperdebatkan.
Faktor genetik: ditemukannya gen autis yang diturunkan dari orangtua pada beberapa anak autis.
Faktor lingkungan: Lingkungan yang terkontaminasi zat-zat beracun
Makanan yang mengandung zat2 pengawet dan pewarna
Kemungkinan yang disebabkan akibat vaksinasi namun hal tersebut msh dipertentangkan
Anak yang menderita autis akan mengalami gangguan dalam perkembangannya. Perkembangan yang terganggu adalah dalam bidang :
1. Komunikasi : Perkembangan bicaranya terlambat, atau samasekali tidak berkembang.
• Tidak ada usaha untuk berkomunikasi dengan gerak atau mimik muka untuk mengatasi kekurangan dalam kemampuan bicara.
• Tidak mampu memulai suatu pembicaraan atau memelihara suatu pembicaraan dua arah yang baik.
• Bahasa yang tidak lazim yang diulang-ulang atau stereotipik.
• Tidak mampu untuk bermain secara imajinatif, biasanya permainannya kurang variatif.
2. Interaksi sosial :
• Kegagalan untuk bertatap mata, menunjukkan ekspresi fasial, maupun postur dan gerak tubuh, untuk berinteraksi secara layak.
• Kegagalan untuk membina hubungan sosial dengan teman sebaya, dimana mereka bisa berbagi emosi, aktivitas, dan interes bersama.
• Ketidak mampuan untuk berempati, untuk membaca emosi orang lain.
• Ketidak mampuan untuk secara spontan mencari teman untuk berbagi kesenangan dan melakukan sesuatu bersama-sama.
3. Perilaku : aktivitas, perilaku dan minatnya sangat terbatas, diulang-ulang dan
stereotipik seperti dibawah ini :
• Adanya suatu preokupasi yang sangat terbatas pada suatu pola perilaku yang tidak normal, misalnya duduk dipojok sambil menghamburkan pasir seperti air hujan, yang bisa dilakukannya berjam-jam.
• Adanya suatu kelekatan pada suatu rutin atau ritual yang tidak berguna, misalnya kalau mau tidur harus cuci kaki dulu, sikat gigi, pakai piyama, menggosokkan kaki dikeset, baru naik ketempat tidur. Bila ada satu diatas yang terlewat atau terbalik urutannya, maka ia akan sangat terganggu dan nangis teriak-teriak minta diulang.
• Adanya gerakan-gerakan motorik aneh yang diulang-ulang, seperti misalnya mengepak-ngepak lengan, menggerak-gerakan jari dengan cara tertentu dan mengetok-ngetokkan sesuatu.
• Adanya preokupasi dengan bagian benda/mainan tertentu yang tak berguna, seperti roda sepeda yang diputar-putar, benda dengan bentuk dan rabaan tertentu yang terus diraba-rabanya, suara-suara tertentu.
Episentrum.com

Tidak ada komentar: